Nur Rahmaniah
Satu masalah yang banyak menimpa rambut para wanita adalah rambut bercabang. Mengutip dari kabarinews, rambut bercabang disebabkan oleh minyak yang dihasilkan kelenjar minyak di bawah kulit kepala tidak sampai ke ujung rambut hingga membuat rambut kering. Penyebab lain bisa dari pemakaian pengering rambut berlebihan, pewarnaan rambut, dan penggunaan shampo yang salah.



Berikut ini 6 hal yang dapat dilakukan untuk mencegah rambut bercabang:

Sisirlah rambut sebelum Anda keramas
Proses menyisir akan membuat penyebaran minyak lebih merata hingga ke ujung rambut.

Pilih sampo yang sesuai dengan jenis rambut
Kenali dulu jenis rambut Anda sebelum membeli shampo. Jangan membeli shampo untuk rambut berminyak jika ternyata rambut Anda kering.

Keramas seperlunya
Terlalu sering keramas dapat menyebabkan hilangnya kelembapan dari rambut Anda. Keramaslah antara 2-5 hari sekali, tapi sesuaikan juga dengan kondisi kulit kepala dan aktivitas yang Anda lakukan.

Bilas rambut dengan air dingin
Mulai sekarang cobalah keramas menggunakan air dingin. Air yang hangat tidak dapat menjaga kelembapan kulit Anda.

Gunakan sisir bergigi jarang
Ketika rambut Anda masih basah, misalkan baru selesai keramas, jangan gunakan sisir bergigi rapat karena hal tersebut dapat merusak rambut. Saat mengeringkan rambut, jangan gosok-gosok handuk terlalu kasar karena dapat menyebabkan rambut Anda patah.

Potonglah rambut secara berkala
Sempatkan diri Anda untuk melakukan pemotongan rambut berkala. Perlu diingat, jangan gunakan pisau cukur karena itu dapat merusak struktur ujung rambut. Lakukan pemotongan setidaknya 6-8 minggu sekali.
Nur Rahmaniah
REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHAMPTON - Carolyn Gibbons (23 tahun) menderita sakit yang cukup langka. Sejak bulan Maret lahun lalu, ia mengalami malformasi otak. Guru muda ini mengalami gangguan neurologis. Dokter memperingatkan ia bisa mati jika tertawa terlalu keras. Tertawa dengan keras bisa mendorong otaknya keluar dari tengkorak.
Ia divonis mengalami kondisi yang disebut Chiari malformasi, yang berarti bagian bawah otaknya terlalu besar. Hal ini dapat memblokir aliran cairan ke kepalanya melalui kanal tulang belakang. Gerakan tubuh yang menghentak seperti tertawa dapat meningkatkan resiko kematian mendadak.
Carolyn awalnya berpikir kondisi yang dialaminya tak terlalu berbahaya. "Saya pikir obat bisa mengendalikan sakit saya. Tapi gejala yang semakin buruk membuat saya sadar ternyata otak saya lebih besar dari tengkorak," ujar dia.
Ia tak bisa berlaku seperti orang normal. Tiap gerakan mencolok yang ia lakukan dapat menyebabkan rasa sakit yang mengerikan dan dapat menyebabkan otak terdorong keluar dari tengkorak, dan herniate masuk ke dalam tulang belakang.
Ia baru menyadari kondisi yang dialaminya saat ia pingsan dari sekolah, akhir Maret lalu. Ia mengalami sakit kepala yang luar biasa. Setelah diperiksa melalui scan otak, barulah ia tahu ada bagian tertentu dari otaknya yang memiliki ukuran tidak wajar. Untuk mengontrol rasa sakit, ia harus meminum 50 pil sehari.
Pekerjaannya sebagai guru terpaksa harus ia tinggalkan agar kondisinya tidak memburuk. Carolyn akhirnya menjalani operasi pada 29 Juli. Ahli bedah 'membuang' sedikit bagian dari tulang belakang dan tengkorak seluas 2,5 cm persegi untuk membuat ruang lebih untuk ukuran otaknya.
Akibat operasi itu, ia kini mengalami alergi medis terhadap bagian yang digunakan untuk menutup lubang di tengkoraknya. Dia sekarang menderita insomnia ekstrim. Ia bisa tidak tidur selama 60 jam. Sebuah kantung cairan juga masih tersisa di tulang punggungnya. Ia memerlukan operasi lain untuk mengeringkan cairan tersebut agar hidup normal. "Saya hanya berharap ada operasi lain sehingga saya bisa tertawa tanpa ada resiko kematian," ujar dia. Yang dialami oleh Carolyn adalah kasus langka. Terjadi dengan perbandingan satu dari 1.000 orang.
Nur Rahmaniah
SOICHIRO HONDA : "Lihat Kegagalan Saya"

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata
Anda selalu
terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk
kendaran ini
menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki "raja
jalanan".

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda -
Soichiro Honda -
diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur,
lebih-lebih
Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia
bukan siswa
yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah
di depan,
selalu menjauh dari pandangan guru. "Nilaiku jelek di sekolah.
Tapi saya
tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan
sepeda," tutur
tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat
di RS
Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi
kegagalan. Ia sempat
jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia
trus bermimpi
dan bermimpi...

Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang
membuka
bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko,
Jepang Tengah,
tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi
cathut (kakak
tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat
penggilingan padi
melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam
diri
berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil,
hanya ingin
menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya
12 tahun, Honda
berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem
kaki. Tapi,
benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar
berasal dari
keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan,
sehingga membuatnya
rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda bekerja Hart Shokai Company.
Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya.
Honda teliti dan
cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan,
setiap oli yang
bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja
disitu, menambah
wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun,
bosnya
mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu.
Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu
menerima reparasi
yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki
mobil
pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya
larut malam,
dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada
zaman itu,
jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam
goncangan. Ia
punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam.
Hasilnya
luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke
seluruh dunia. Di
usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari
bosnya, membuat
usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang
dipilih?
Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan
oleh
bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu
ditolak oleh
Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya
tidak lentur,
dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap
kegagalan
itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua
bulan kemudian,
kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya.
Tapi, soal Ring
Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban,
ia kuliah lagi
untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari,
setelah pulang
kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan
pengetahuan yang
baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia
akhirnya dikeluarkan
karena jarang mengikuti kuliah.

"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,
melainkan
dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan
pengaruhnya, "
ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia
jelaskan
maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan.
Penjelasan ini
justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak
Toyota
memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik.
Eh malangnya,
niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak
memberikan dana. Ia pun
tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang
untuk
mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang
meletus,
pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan
karyawannya.
Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang
oleh kapal
Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik.
Tanpa diduga,
gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga
diputuskan menjual
pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba
beberapa usaha
lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin.
Di sini
kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda
tidak dapat menjual
mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan
terdesak, ia
memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor"
- cikal bakal
lahirnya Mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka
berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.
Disinilah, Honda
kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak
pernah lepas dari
tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi "raja" jalanan
dunia,
termasuk Indonesia.

Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan
dalam menggeluti
industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang
dialaminya. "Orang
melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak
melihat 99%
kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda
mengalami
kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan
berusahalah
untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Sukses itu bisa diraih
seseorang dengan
modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari
keluarga
miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi
nasib dan
kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah
Honda sang "Raja
Jalanan" :-)


5 Resep keberhasilan Honda :

1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.

2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan
waktu
memperbaiki produksi.

3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja
Anda senyaman
mungkin.

4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.

5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama
Nur Rahmaniah
Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan ikut serta dalam pembicaraan pada Pertemuan Puncak Asia Timur 18 negara di Bali akhir tahun ini. Kepastian ini disampaikan Juru Bicara Deplu AS Victoria Nuland, baru-baru ini.

Menlu Hillary Clinton akan melakukan perjalanan ke Indonesia akhir bulan ini sebagian untuk mempersiapkan bagi partisipasi Presiden Obama untuk pertama kalinya dalam EAS pada November. Seorang pejabat lokal di Bali mengatakan, Pulau Dewata siap menyambut Obama pada 19 November.

Juru bicara Pemerintah Provinsi Bali Ketut Teneng mengatakan, Dubes AS Scot Marciel telah memberitahu pemerintah daerah itu mengenai keinginan Obama menghadiri dialog strategis regional tersebut yang juga mencakup Cina dan Rusia. Itu akan menjadi kunjungan resmi kedua Obama ke Indonesia, tempat ia telah menghabiskan sebagian dari masa kanak-kanaknya pada akhir 1960-an. Ia melakukan kunjungan pertamanya sebagai presiden AS November lalu.

Indonesia akan menjadi tuan rumah pembicaraan regional dalam kapasitasnya sebagai pemimpin ASEAN, kelompok 10 negara yang membentuk EAS yang lebih luas. AS dan Rusia diakui ke EAS yang beranggotakan 18 negara tahun lalu, tapi Obama tidak menghadiri pertemuan para pemimpin itu di Hanoi pada Oktober. Dia mengirim Hillary Clinton untuk menggantikannya.(Ant/ULF)
Nur Rahmaniah
Mendapat undangan dari aktor dunia sebesar Jacky, saya benar-benar bahagia. Ternyata dia mengingat saya dengan baik. Saat itu, saya sedang berada di Malang Jawa Timur, dan langsung memastikan dengan management untuk datang sesuai dengan permintaan Jackie. Padahal ajakannya kurang dari satu minggu sebelum acara. Karena saya diminta untuk perform dengan membawakan sebuah lagu, berjudul Aku Di sini, yang saya rubah liriknya sendiri menjadi Here To Stay.

Setelah semua persiapan beres, termasuk gubahan lirik lagu, saya dan tim saya pun terbang menuju Hongkong. Wow, saat sampai di Hongkong, saya menuju lokasi (Victoria Park), dan langsung bertemu dengan Jacky. Saya disambut begitu hangat olehnya.

Saya benar-benar terkejut, Jacky langsung menanyakan keadaan saya. Dan, dengan siapa saya datang. Dia perhatian banget dan segala yang diperlukan dengan saya, harus langsung bilang kepadanya. Dia benar-benar begitu peduli dan sangat perhatian. Padahal kan dia aktor besar di dunia.

Sampai akhirnya, saya memperhatikan Jacky begitu sibuk wara-wiri di sekitar area. Dia memperhatikan seluruhnya di lokasi, agar tidak kurang satu apapun. Ia begitu semangat dan terlihat hangat dengan orang-orang di sekitarnya. Sampai akhirnya, tibalah pertunjukkan charity tersebut.
Nur Rahmaniah
Helvy Tiana Rosa is one of the 10 most famous female-writers in Indonesia, according to the national news TV station MetroTV, 2009. She is also one of the Top 500 Most Influential Muslims in The World (for Arts and Culture), listed by The Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan, and Georgetown University, 2009.

Helvy has been writing poetry and short stories since 1979. She has written more than 40 books. Her short stories have been translated into English, Arabic, French, Germany, Japanese, Swedish, etc.

After completed her bachelor and master's degree in literature from University of Indonesia (UI), Helvy has been teaching literature at Dept. of Indonesian Language & Literary at State University of Jakarta (UNJ). Now she is taking doctoral degree in language education in State University of Jakarta.

Helvy is a member of Majelis Sastra Asia Tenggara (the Southeast Asia Board of Literature) and Vice Chairwoman for the Indonesian chapter of the International League of Islamic Literature. She is also a Director at Lingkar Pena Publishing House. Helvy often represents Indonesia in literary events, both at home and abroad.

In 1991-2001, Helvy worked as a managing editor and then Editor in Chief of Annida Magazine--a famous Islamic teen magazine in Indonesia.

In 1990, she founded Teater Bening, an all-female Islamic teatre Group in Indonesia.

Helvy is the founding member of Forum Lingkar Pena (FLP) a writers group established in 1997. FLP now has more than 7,000 members and until 2008 has published more than 1000 book titles together with more than 50 publishers. FLP has branches in more than 125 cities across Indonesia and abroad.

In 2003-2006 Helvy was a member of the Literary Committee at Dewan Kesenian Jakarta (The Jakarta Arts Council).

Honors and Awards:

2009: SheCAN! Award, Tupperware.
2009: Kartini Award as one of The Most Inspiring Women in Indonesia, by Kartini Magazine
2008: Indonesian Inspiring Woman by Tabloid Wanita Indonesia
2008: Helvy brought Forum Lingkar Pena (FLP), a non profit organization which she established, to get Danamon Award 2008, a national award to recognize individual & groups who have significant contribution to the society.
2008: PKS Award as one of 100 Indonesia's Young Leaders
2008: Bukavu was selected as nominee of Khatulistiwa Literary Award 2008
2008: Award for Distinguished Lecturer by Universitas Negeri Jakarta
2007: Indonesian Woman Icon by Gatra Magazine
2007: Nominee in Indonesian Distinguished Award, in Arts & Culture, from XL
2006: IBF Award as Book Distinguished Person from IKAPI (The Association of Indonesian Publisher)
2006: Eramuslim Award as Literary Distinguished Person
2006: Distiguished Indonesian Islamic Woman by Alia magazine
2004: Award for Distinguished Indonesian Woman by Tabloid Nova and the Ministry for Women Empowerment
2004: Ummi Award, from Ummi Magazine
2002: Lelaki Kabut dan Boneka (Dolls and The Man of Mist) was judged as the best short story collection and won Pena Award
2000: One of Ten Prominent Indonesian Women Figures by Amanah Magazine
2000: 'Jaring-jaring Merah' (the Red Nets) was selected as one of the best short stories in a decade by literary magazine: Horison
1992: "Fisabilillah" won in Iqra National Poetry Contest, judged by HB Jassin & Sutardji Calzoum Bachri, etc.
Nur Rahmaniah



Judul Buku : First Step To be A Writer
Penulis : Darmo Budi Suseno
Penerbit : Cakrawala
Cetakan : Pertama, April 2006
Tebal : 148 hlm
Benarkah menulis itu sulit? Bagi pemula atau orang yang baru memulai terjun ke dunia kata (kepenulisan) bisa jadi demikian. Tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa, “menulis itu mudah”.
Kegiatan menulis sesungguhnya adalah proses mengubah cara ungkap kita yang semula melalui mulut (lisan), kemudian diganti dengan cara ungkap simbolik berupa huruf yang mempunyai makna atau pengertian tertentu. Kita sering menjumpai seseorang ketika bercerita, bertutur atau berargumentasi melalui lisan sangat menarik. Akan tetapi, saat si empunya cerita diminta untuk menuliskan argumentasi atau seluruh provokasinya tersebut, sungguh tidak menarik. Atau sebaliknya, orang yang biasa-biasa saja dan sangat pendiam tetapi ketika diminta menulis, hasilnya tulisan yang mengalir, berisi dan mengagumkan.
Menulis tak ubahnya bentuk keterampilan (skill) yang lain. Artinya semakin diasah, semakin bagus pula hasilnya. Proses menulis lebih banyak melibatkan berbagai aspek dalam diri seseorang dibandingkan dengan proses bicara (oral). Jika kegiatan berbicara prosesnya dimulai dari pikiran (otak), kemudian dibunyikan lewat lisan. Sementara kegiatan menulis prosesnya diawali dari melihat (mata), kemudian dicerna (otak), dirasa (hati), baru dituangkan melalui tangan dalam bentuk tulisan.
Diawali tema seputar seluk beluk dunia kepenulisan, serta persoalan-persoalan klasik bagi penulis pemula seperti: kehabisan ide, kaya ide tetapi tak mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan dan banyak mempunyai tulisan tetapi tidak tau cara mengirimkannya pada media massa. Penulis pemula pada umumnya mempunyai ide atau gagasan yang meluap-luap. Tetapi ketika dituangkan dalam bentuk tulisan, hasilnya melebar dan tidak fokus. Ibaratnya ide sebesar gajah atau singa, tetapi produk yang dihasilkan sebesar tikus pun tidak. Menjadi seorang penulis terkenal, prosesnya antara penulis satu dengan yang lain berbeda-beda. Misalnya Pramudya Ananta Toer (Pram) harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun —karena tulisannya berseberangan dengan rezim yang berkuasa— sebelum akhirnya menjadi penulis terkenal. Atau Joni Aryadinata yang sebelumnya hanya seorang tukang becak yang biasa mangkal di Malioboro. Tetapi, tinju seorang gali yang mendarat ke mulutnya telah mengubahnya menjadi penulis dan pembicara sastra yang disegani di negeri ini. Para penulis tersebut mempunyai kesamaan berupa motivasi yang tinggi dalam dirinya, pantang menyerah, ulet dan tabah. Tak kalah pentingnya sebelum terjun menjadi penulis adalah niat.
Menurut penulis buku ini, niat sangat menentukan karakter dan proses seseorang menjadi penulis di kemudian hari. Jika niatnya hanya sekedar mencari popularitas, atau hanya ingin tulisannya banyak dimuat di media dan mendapat uang, penulis tipe ini tidak akan bertahan lama. Tetapi seseorang yang menulis dengan disertai niat tulus, hati yang ikhlas serta kaya akan gagasan baru, bisa merubah dunia. Tulisannya akan abadi dikenang sepanjang zaman. Misalnya Rold Dahl dengan Trilogi Lord of the Rings, JK Rowling dengan Harry Potter, Karl Mark dengan Das Kapital-nya, Imam Ghazali dengan Ihya’ Ulumiddin-nya atau Pramudya Ananta Toer dengan Ken Arok-nya.
Selanjutnya dipaparkan cara membuat berbagai bentuk tulisan seperti cerpen, artikel, puisi resensi, feature, dan naskah drama disertai contoh-contohnya. Pembaca diajak untuk trampil menerapkan teori kepenulisan bukan sekedar menghafalkannya. Selain itu berbagai trik serta tips menulis kreatif juga disertakan dalam buku ini misalnya tips “jurus dewa mabuk” yang berisi strategi menulis hingga menjadi sebuah buku atau menembus media masa.
Kelebihan buku yang ada di tangan pembaca ini di antaranya: pertama, penulis buku ini sehari-harinya berprofesi sebagai pengajar pada Jogja Writing School (JWS) —sebuah institusi pendidikan yang bertujuan menghasilkan penulis-penulis berbakat— sehingga buku ini laksana “refleksi pengalaman nyata” penulisnya, bukan sekedar teori-teori tanpa fakta sebagai mana yang dijumpai dalam buku-buku sejenis.
Kedua, penulis buku ini sudah malang-melintang di dunia kepenulisan. Buku pertamanya Nasionalisme dan Cinta Iwan Fals sempat menjadi Best Seller di Jakarta, juga buku keduanya Dangdut Musik Rakyat adalah referensi utama bagi peneliti yang hendak menggali musik dandut. Tidak hanya sampai disitu, pembaca akan merasakan nuansa nyata dunia kepenulisan manakala membaca buku ini, dan buku ini layak dibaca para penulis pemula atau orang yang ingin terjun ke dunia kepenulisan.[] *) Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Nur Rahmaniah


Actor in a Leading Role
• Javier Bardem in “Biutiful”
• Jeff Bridges in “True Grit”
• Jesse Eisenberg in “The Social Network”
• Colin Firth in “The King's Speech”
• James Franco in “127 Hours”
Actor in a Supporting Role
• Christian Bale in “The Fighter”
• John Hawkes in “Winter's Bone”
• Jeremy Renner in “The Town”
• Mark Ruffalo in “The Kids Are All Right”
• Geoffrey Rush in “The King's Speech”
Actress in a Leading Role
• Annette Bening in “The Kids Are All Right”
• Nicole Kidman in “Rabbit Hole”
• Jennifer Lawrence in “Winter's Bone”
• Natalie Portman in “Black Swan”
• Michelle Williams in “Blue Valentine”
Actress in a Supporting Role
• Amy Adams in “The Fighter”
• Helena Bonham Carter in “The King's Speech”
• Melissa Leo in “The Fighter”
• Hailee Steinfeld in “True Grit”
• Jacki Weaver in “Animal Kingdom”
Animated Feature Film
• “How to Train Your Dragon” Chris Sanders and Dean DeBlois
• “The Illusionist” Sylvain Chomet
• “Toy Story 3” Lee Unkrich
Art Direction
• “Alice in Wonderland”
Production Design: Robert Stromberg; Set Decoration: Karen O'Hara
• “Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1”
Production Design: Stuart Craig; Set Decoration: Stephenie McMillan
• “Inception”
Production Design: Guy Hendrix Dyas; Set Decoration: Larry Dias and Doug Mowat
• “The King's Speech”
Production Design: Eve Stewart; Set Decoration: Judy Farr
• “True Grit”
Production Design: Jess Gonchor; Set Decoration: Nancy Haigh
Cinematography
• “Black Swan” Matthew Libatique
• “Inception” Wally Pfister
• “The King's Speech” Danny Cohen
• “The Social Network” Jeff Cronenweth
• “True Grit” Roger Deakins
Costume Design
• “Alice in Wonderland” Colleen Atwood
• “I Am Love” Antonella Cannarozzi
• “The King's Speech” Jenny Beavan
• “The Tempest” Sandy Powell
• “True Grit” Mary Zophres
Directing
• “Black Swan” Darren Aronofsky
• “The Fighter” David O. Russell
• “The King's Speech” Tom Hooper
• “The Social Network” David Fincher
• “True Grit” Joel Coen and Ethan Coen
Documentary (Feature)
• “Exit through the Gift Shop” Banksy and Jaimie D'Cruz
• “Gasland” Josh Fox and Trish Adlesic
• “Inside Job” Charles Ferguson and Audrey Marrs
• “Restrepo” Tim Hetherington and Sebastian Junger
• “Waste Land” Lucy Walker and Angus Aynsley
Documentary (Short Subject)
• “Killing in the Name” Jed Rothstein
• “Poster Girl” Sara Nesson and Mitchell W. Block
• “Strangers No More” Karen Goodman and Kirk Simon
• “Sun Come Up” Jennifer Redfearn and Tim Metzger
• “The Warriors of Qiugang” Ruby Yang and Thomas Lennon
Film Editing
• “Black Swan” Andrew Weisblum
• “The Fighter” Pamela Martin
• “The King's Speech” Tariq Anwar
• “127 Hours” Jon Harris
• “The Social Network” Angus Wall and Kirk Baxter
Foreign Language Film
• “Biutiful” Mexico
• “Dogtooth” Greece
• “In a Better World” Denmark
• “Incendies” Canada
• “Outside the Law (Hors-la-loi)” Algeria
Makeup
• “Barney's Version” Adrien Morot
• “The Way Back” Edouard F. Henriques, Gregory Funk and Yolanda Toussieng
• “The Wolfman” Rick Baker and Dave Elsey
Music (Original Score)
• “How to Train Your Dragon” John Powell
• “Inception” Hans Zimmer
• “The King's Speech” Alexandre Desplat
• “127 Hours” A.R. Rahman
• “The Social Network” Trent Reznor and Atticus Ross
Music (Original Song)
• “Coming Home” from “Country Strong” Music and Lyric by Tom Douglas, Troy Verges and Hillary Lindsey
• “I See the Light” from “Tangled” Music by Alan Menken Lyric by Glenn Slater
• “If I Rise” from “127 Hours” Music by A.R. Rahman Lyric by Dido and Rollo Armstrong
• “We Belong Together” from “Toy Story 3" Music and Lyric by Randy Newman
Best Picture
• “Black Swan” Mike Medavoy, Brian Oliver and Scott Franklin, Producers
• “The Fighter” David Hoberman, Todd Lieberman and Mark Wahlberg, Producers
• “Inception” Emma Thomas and Christopher Nolan, Producers
• “The Kids Are All Right” Gary Gilbert, Jeffrey Levy-Hinte and Celine Rattray, Producers
• “The King's Speech” Iain Canning, Emile Sherman and Gareth Unwin, Producers
• “127 Hours” Christian Colson, Danny Boyle and John Smithson, Producers
• “The Social Network” Scott Rudin, Dana Brunetti, Michael De Luca and Ceán Chaffin, Producers
• “Toy Story 3” Darla K. Anderson, Producer
• “True Grit” Scott Rudin, Ethan Coen and Joel Coen, Producers
• “Winter's Bone" Anne Rosellini and Alix Madigan-Yorkin, Producers
Short Film (Animated)
• “Day & Night” Teddy Newton
• “The Gruffalo” Jakob Schuh and Max Lang
• “Let's Pollute” Geefwee Boedoe
• “The Lost Thing” Shaun Tan and Andrew Ruhemann
• “Madagascar, carnet de voyage (Madagascar, a Journey Diary)” Bastien Dubois
Short Film (Live Action)
• “The Confession” Tanel Toom
• “The Crush” Michael Creagh
• “God of Love” Luke Matheny
• “Na Wewe” Ivan Goldschmidt
• “Wish 143” Ian Barnes and Samantha Waite
Sound Editing
• “Inception” Richard King
• “Toy Story 3” Tom Myers and Michael Silvers
• “Tron: Legacy” Gwendolyn Yates Whittle and Addison Teague
• “True Grit” Skip Lievsay and Craig Berkey
• “Unstoppable” Mark P. Stoeckinger
Sound Mixing
• “Inception” Lora Hirschberg, Gary A. Rizzo and Ed Novick
• “The King's Speech” Paul Hamblin, Martin Jensen and John Midgley
• “Salt” Jeffrey J. Haboush, Greg P. Russell, Scott Millan and William Sarokin
• “The Social Network” Ren Klyce, David Parker, Michael Semanick and Mark Weingarten
• “True Grit” Skip Lievsay, Craig Berkey, Greg Orloff and Peter F. Kurland
Visual Effects
• “Alice in Wonderland” Ken Ralston, David Schaub, Carey Villegas and Sean Phillips
• “Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1” Tim Burke, John Richardson, Christian Manz and Nicolas Aithadi
• “Hereafter” Michael Owens, Bryan Grill, Stephan Trojansky and Joe Farrell
• “Inception” Paul Franklin, Chris Corbould, Andrew Lockley and Peter Bebb
• “Iron Man 2” Janek Sirrs, Ben Snow, Ged Wright and Daniel Sudick
Writing (Adapted Screenplay)
• “127 Hours” Screenplay by Danny Boyle & Simon Beaufoy
• “The Social Network” Screenplay by Aaron Sorkin
• “Toy Story 3” Screenplay by Michael Arndt; Story by John Lasseter, Andrew Stanton and Lee Unkrich
• “True Grit” Written for the screen by Joel Coen & Ethan Coen
• “Winter's Bone” Adapted for the screen by Debra Granik & Anne Rosellini
Writing (Original Screenplay)
• “Another Year” Written by Mike Leigh
• “The Fighter” Screenplay by Scott Silver and Paul Tamasy & Eric Johnson;
Story by Keith Dorrington & Paul Tamasy & Eric Johnson
• “Inception” Written by Christopher Nolan
• “The Kids Are All Right” Written by Lisa Cholodenko & Stuart Blumberg
• “The King's Speech” Screenplay by David Seidler
Nur Rahmaniah
Helvy Tiana Rosa
Salah satu nama penulis terkenal di Indonesia adalah Helvy Tiana Rosa. Wanita yang dilahirkan di Medan pada 2 April 1970 ini sudah memiliki karya tulis yang sangat banyak. Mulai dari cerpen, novel, bahkan naskah drama.
Penulis wanita ini pun tidak hanya menulis novel, ia juga mendirikan komunitas penulis terkenal bernama Forum Lingkar Pena (FLP) dan sempat menjadi ketua umumnya pada tahun 1997 sampai 2005.
Dewi Lestari
Penulis terkenal di Indonesia masih cukup banyak, salah satunya adalah Dewi Lestari, atau yang sering disebut dengan “Dee”. Jebolan grup vokal RSD (Rida Sita Dewi) ini lahir pada 20 Januari 1976 di kota Bandung.
Penulis wanita ini sebenarnya sudah memiliki banyak karya yang dimuat oleh beberapa media. Tapi, nama Dewi Lestari sebagai penulis baru melejit saat munculnya novel Supernova yang cukup fenomenal pada tahun 2001.
Novel terakhir dari Dewi “Dee” Lestari ini adalah Perahu Kertas yang terbit pada tahun 2009.
Asma Nadia
Nama aslinya adalah Asmarani Rosalba. Sama seperti Helvy Tiana Rosa, penulis wanita yang lahir pada tahun 1972 di kota Jakarta ini sangat aktif di komunitas FLP. Karyanya? Tidak perlu diragukan lagi kualitasnya.
Sudah puluhan karya tulis yang tercipta dari tangan seorang Asma Nadia, misalnya kumpulan cerpen “Cinta Tak Pernah Mekar”, novel “Rembulan di Mata Ibu”, dan yang berhasil sukses difilmkan adalah “Emak Ingin Naik Haji”.
Andrea Hirata
Siapa yang tak kenal penulis terkenal di Indonesia yang satu ini. Laki-laki bernama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun ini adalah penulis novel terkenal berjudul “Laskar Pelangi” yang juga difilmkan dan meraup kesuksesan di tanah air.
Laskar Pelangi sendiri adalah novel pertama dari tetralogi novel yang dibuatnya. Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Novel terbarunya yang terbit pada tahun 2010 adalah Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.
Habiburrahman El-Shirazy
Anda penggemar film Ayat-Ayat Cinta? Jika iya, Anda tentu tidak asing dengan nama penulisnya. Penulis yang lebih akrab dipanggil Kang Abik ini lahir pada 30 September 1976 di Semarang.
Sarjana lulusan dari Universitas Al-Azhar ini memang populer dengan karya novel “Ayat-Ayat Cinta” yang juga sukses difilmkan. Karya-karyanya yang lain adalah Di Atas Sajadah Cinta yang kemudian menjadi sinetron di salah satu TV swasta, dan yang juga populer adalah Ketika Cinta Bertasbih.
Nur Rahmaniah
Jum’at pagi, baru saya sampai sekolah dan ngobrol dengan teman saya, sekretaris kelas membawa kertas undangan ”Teman2 kita dapat undangan dari teman kita, Nama Angel (nama samaran)”

Ya Allah, betulkah gosip itu ?? Astaghfirullah, haruskah ia membagi undangannya di kelas, bukankah mimpi kita membagi undangan pernikahan di kantor tempat kita bekerja nanti.

Inilah kenyataan, perih memang, tapi sudah terjadi, teman . .bisakah kita berpikir sejenak, buat apa kita sekolah dari Tk atau SD kalu ujungnya seperti ini. Siapa yg salah, kita ? orang tua ? ah hanya kita yg bisa menjawab sebenarnya

Teman, terlihat memang orant tua begitu peduli dengan pernikahan, terlihat begitu sibuk mempersiapkannya, terlihat begitu ramah menerima tamu undangan, tapi tahukah teman, orang tua sedang memakai topeng emas untuk menutupi rasa sakit hatinya, pisau tajam di jantungnya, terus ia rasakan, pedih, ”Inikah hasil didikanku selama ini ?” gumam mereka.

Teman, tamu undangan sangat ramah memenuhi undangan, tahukah teman, dibelakang, mereka menggunjing ”Seperti inikah potret remaja sekarang ??” gumam mereka.

Girls, lelaki baik-baik akan mencari perempuan baik-baik pula, Anda tahu perempuan baik-baik, tu.seperti apa ? Perempuan baik-baik adalah perempuan yang menjaga kehormatannya, jika selaput virgin mereka utuh, itu artinya mereka pandai menjaga dirinya. Ayo kita harus menjadi bagian dari mereka.

Si A, anaknya pintar, saya pun mengaguminya, tapi seminggu saya tidak melihatnya di sekolah, ternyata dia melahirkan. Trus, kapan hamilnya ?? Ternyata dia pintar menutupi.

Si B, sudah tidak mau sekolah lagi karena ingin menikah, itu niatnya, padahal guru BK sudah membujuknya, 3 bulan kemudian dia sms saya dan memberi kabar kalau dia sudah hamil 8 bulan, Trus, yg 5 bulan lagi ?? ternyata dia hamil di luar nikah

Si C, dua minggu saya tidak melihatnya di sekolah, tapi pas hari Sabtu di depan rumahnya sudah terpasang tarub, ternyata benar, dia yg nikah.

Astaghfirullah . .
Maafkan aku yg tlah lancang menulis ini, kemunafikankah yg ada padaku sekarang, aku juga punya pacar, tapi aku selalu ingin ada di pelukan Allah, aku selalu berdoa, agar jauh dari perbuatan zina, sungguh godaan yg besar, tapi kumohon ya Allah, berikan aku kekuatan, bawa kami berdua dalam pangkuanMu, jadikan kami saling mencinta karenaMu. Kami mencintamu ya Allah. Lindungilah teman-teman hamba, jangan sampai guru-guru kecewa lagi, kami menyayanginya. Teman, hidup itu Cuma sekali. Ada seorang Bapak tua yg berumur 65 tahun. Ketika ia ditanya berapa umurnya, ia menjawab baru berumur 5 tahun. Alasannya karena baru 5 tahun ia hidup menjadi manusia yg sebenarnya. Ia baru belajar hidup 5 tahun yg lalau. Sedangkan, sisa umur yg lainnya, 60 tahun hidupnya hanya digunakannya untuk bersenang-senang. Gunakanlah masa muda kita dengan sebaik-baiknya teman.

Sekian tulisan ini, semoga bermanfaat, n maafkan saya yang telah lancang, kumohon bagi pembaca, saya mohon doanya buat saya, saya tunggu, ya.doanya.

oleh : Nia
MT
Nur Rahmaniah
Janganlah lagi kita menunggu
kemampuan yang besar
sebelum kita menjadi pribadi baik
yang melayani sesama,
dan janganlah menunggu
panggilan dari langit
sebelum kita memulai.

Marilah kita menugaskan diri kita
untuk melayani bagi kedamaian hati
dan perbaikan kualitas hidup sesama,
dengan kemampuan apa pun
yang sudah ada pada diri kita.

Marilah kita jadikan pekerjaan
yang membahagiakan sesama
sebagai panggilan hati kita.

Telah dinasehatkan kepada kita,
bahwa

Tuhan tidak memanggil
orang yang mampu,
tetapi Dia memampukan
orang yang terpanggil.

Mario Teguh
Nur Rahmaniah
Luna Tegar



Berkali – kali kakek memandangi kacamatanya. Kacamata kesayangannya yang ia beli dari gaji pertamanya sebagai seorang PNS. Bagi kakek kacamata itu sangat berharga. Karena kacamata itu seorang wanita tercantik di kantornya dapat ia dapatkan, yang sekarang menjadi istrinya. Bertahun – tahun kakek menyimpan kacamata itu dan baru pagi ini kakek membersihknnya kembali. Rencananya besok pagi kakek akan memakai kacamaa itu di acara wisuda anaknya yang terakhir.

Luna hanya mengintip dari kamarnya. Sudah hampir 15 menit ia memperhatikan kakeknya yang senyum – senyum sendiri memandangi kacamata itu di ruang keluarga. Luna ingi mendekati kakek dan meminjamkannya. Karena kakeknya tahu, Luna sangat cerobah.

Luna memutuskan diam di kamar. Ia menunggu kakeknya keluar rumah. Satu jam kemudian, Luna mendengar motor tua kakeknya berbunyi. Ia bergegas menuju jendela kamarnya dan memastikan apakah benar kakeknya sudah keluar dari rumah. Ternayata kakeknya pergi ke pasa dengan nenek. Sekarang ia tinggal sendiri di rumah. Ia pandangi punggung nenek yang sudah menaii motor. Hingga tak terlihat lagi.

Luna menghamburkan diri menuju kamar kakeknya. Ia lihat sebuah kotak kacamata yang terletak di atas meja rias kuno milik neneknya. Segera ia membuka kotak kacamata itu dan ia temukan kacamata yang baru dibersihkan oleh kakeknya itu. ia angka kacamata itu hingga sejajar dengan matanya. Ia putar kacamata itu an a pandangi semua sisinya. Dan kemudian I memakainya, senyum manis Luna terukir saat ia melihat dirinya di cermin.

“Wah, keren juga ya. Yes, aku bakalan ngumpetin kacamata ini dan aku pakai saat ulang tahun Dita nanti malam. Habis itu, baru aku kembalikan.”

Luna menari kegirangan, ia berputar – putar, melompat – lompat hingga kacamata itu jatuh. Ia masih menari – nari, lompatannya pun semakin tinggi, ia tidak sadar kalau kacamata itu sudah tidak ada di wajahnya.

Trakk.

Ia baru menyadari saat ia menginjak kacamata itu. tuuhnya diam beku, mulutnya terbuka lebar. Sesaat kemudian ia angkat kacamata itu. kacamata yang sudah terlapas dari salah satu ganggangnya.

“Ya Allah “teriak Luna.

Luna menghambur diri menuju kamarnya. Ia letakkan kacamata itu di dalam laci meja belajarnya. Kemudian, ia berlari kencang meninggalkan rumah kakeknya.

Dari usia 5 tahun, ia sudah tinggal di rumah itu. peristiwa kecelakan 3 tahun lalu membuat dia harus kehilanagan kedua orang tuanya. Anak semata wayang itu tinggal dengan kakeknya yang sangat tegas dan neneknya yang memiliki disiplin yang sangat tingga. Membuat Luna tumbuh lebih dewasa dari usianya.

xxx

Matahari tenga berkuasa di tangah langit luas. Jam tangan kakek menunjukkan pukul satu siang. Kakek dan nenek memasuki rumah. Semula mereka kira Luna sedang tidur di kamarnya karena rumah terasa sangat sepi. Tapi aat adzan Ashar berkumandang kecurigaan timbul di hati mereka. Karena biasanya Luna mengambil air wudhu dan bergegas ke mesjid untuk menunaikan sholat Ashar dan mengaji.
Kakek mencoba untuk memasuki kama Luna. Tapi yang dia lihat, kosong. Kakek mulai panil, segera ia beritahukan nenek. Mereka segera menghamburkan diri menuju rumah para tetangga untuk menanyai keberadaan Luna. Tapi tak satu pun yang melihat Luna. Leuna memang berlari sangat encang. Pagi hari. Saat semua oang subuk beraktivitas. Kakek an nenek hanya bisa pasrah berdiam diri di kamar.

Ia menunggu kakeknya keluar rumah. Satu jam kemudian, Luna mendengar motor tua kakeknya berbunyi. Ia bergegas menuju jendela kamarnya dan memastikan apakah benar kakeknya sudah keluar dari rumah. Ternayata kakeknya pergi ke pasa dengan nenek. Sekarang ia tinggal sendiri di rumah. Ia pandangi punggung nenek yang sudah menaii motor. Hingga tak terlihat lagi.

Luna menghamburkan diri menuju kamar kakeknya. Ia lihat sebuah kotak kacamata yang terletak di atas meja rias kuno milik neneknya. Segera ia membuka kotak kacamata itu dan ia temukan kacamata yang baru dibersihkan oleh kakeknya itu. ia angka kacamata itu hingga sejajar dengan matanya. Ia putar kacamata itu an a pandangi semua sisinya. Dan kemudian I memakainya, senyum manis Luna terukir saat ia melihat dirinya di cermin.

“Wah, keren juga ya. Yes, aku bakalan ngumpetin kacamata ini dan aku pakai saat ulang tahun Dita nanti malam. Habis itu, baru aku kembalikan.”

Luna menari kegirangan, ia berputar – putar, melompat – lompat hingga kacamata itu jatuh. Ia masih menari – nari, lompatannya pun semakin tinggi, ia tidak sadar kalau kacamata itu sudah tidak ada di wajahnya.

Trakk.

Ia baru menyadari saat ia menginjak kacamata itu. tuuhnya diam beku, mulutnya terbuka lebar. Sesaat kemudian ia angkat kacamata itu. kacamata yang sudah terlapas dari salah satu ganggangnya.

“Ya Allah “teriak Luna.

Luna menghambur diri menuju kamarnya. Ia letakkan kacamata itu di dalam laci meja belajarnya. Kemudian, ia berlari kencang meninggalkan rumah kakeknya.

Dari usia 5 tahun, ia sudah tinggal di rumah itu. peristiwa kecelakan 3 tahun lalu membuat dia harus kehilanagan kedua orang tuanya. Anak semata wayang itu tinggal dengan kakeknya yang sangat tegas dan neneknya yang memiliki disiplin yang sangat tingga. Membuat Luna tumbuh lebih dewasa dari usianya.

xxx

Matahari tenga berkuasa di tangah langit luas. Jam tangan kakek menunjukkan pukul satu siang. Kakek dan nenek memasuki rumah. Semula mereka kira Luna sedang tidur di kamarnya karena rumah terasa sangat sepi. Tapi aat adzan Ashar berkumandang kecurigaan timbul di hati mereka. Karena biasanya Luna mengambil air wudhu dan bergegas ke mesjid untuk menunaikan sholat Ashar dan mengaji.

Kakek mencoba untuk memasuki kamar Luna. Tapi yang dia lihat, kosong. Kakek mulai panil, segera ia beritahukan nenek. Mereka segera menghamburkan diri menuju rumah para tetangga untuk menanyai keberadaan Luna. Tapi tak satu pun yang melihat Luna. Leuna memang berlari sangat encang. Pagi hari. Saat semua oang subuk beraktivitas. Kakek an nenek hanya bisa pasrah berdiam diri di rumah mrnunggu kabar dari para pemuda di kampong itu yang berjanji kepada mereka akan berusaha menari Luna. Kakeknya adalah tokoh masyarakat yang terkenal pintar dan dermawan.berbagai masalah di kampong itu diselelesaikan oleh kakek. Para pemuda kampong itu banyak yang sangat patuh terhaap kakek.

xxx

Sore menjelang, Luna sudah sangat letih setelah sudah jauh dan lama berlari. Rumah dei umah ia datangi untuk meminta minum. Ia terus berjalan, sekarang ia mengitari sebuah pasar. Kakinya terasa sakit. Ia memutuskan untuk istirahat di depan took elektronik mlik orang Tiong Hoa.

Di sana ia melihat seoang anak Tiong Hoa seusianya tengah bercanda dengan kedua orangtuannya yang mungkin adalah pemilik toko ini. Luna terus memperhatikan, ak terasa air mata menees di pipinya.

“Mama, aku butuh Mama. Sekarang.”rintih Luna.

Pemandangan itu tak lepas dariedua mata ibu dari anak Tiong Hoa itu. segera ia masuk ke dalam tokonya dan keluar kembali memawa selembar tisu, sebotol air putih, dan sebungkus roti. Ia dekati Luna.

“Hapus air matamu cantik.”ibu itu menyerahkan tisu, sebool aor putih, dan sebungkus roti itu kepada Luna.

“Terima kasih.”

Luna segera meninggalkan toko itu karena ia tidak mau ada orang lain lagi yang measa kasihan padanya. Pendidikan yang diberikan oleh kakek dan neneknya membuatnya menjadi anak yang kuat. Ia tidak mau menyusahkan orang lain dan bergantung pada orang lain.

xxx

Seusai sholat Maghrib, kakek dan nenk memanjatkan doa. Mereka ingin cucu satu-satunya bisa selamat dan tetap dalam pelukan sang Ilahi.

“Ya Allah, lindungilah cuu kami. Genggamlah dia. Jagalah dia. Kami asih ingin menjalankan amanahMu untuk membesarkannya. Kami masih saying sama dia, ya llah.”tangis nenek pun pecah.

“Lun, kamu dimana ?”rintih kakek sambil menatap langit – langit rumahnya.

xxx

Luna terus erjalan, langkahnya tanpa arah. Ia ingin sekali pulang. Api kacamata rusak it uterus membayangi seakan melaranngnya unuk pulang. Ia belum siap memandang wjah murka kakek. Dan ia belum siap menjalani hukuman karena perbuatannya itu.

Kepala Luna mendadak sakit. Seakan hujan jarum mengahntam kapelanya. Pandangannya kabur. Luna yang mengidap penyakit typus sangat dilarang oleh neneknya untuk terlambat makan dan kelelahan. Sekejap kemudian pandangannya gelap dan tubuhnya terhempas ke jalan raya.

xxx

Jam dinding kuno yang terpajang di dinding ruang keluarga menunjukkan pukul 8 malam. Usana hening hadir di ruangan itu. kakek terus berputar – putar di uangan itu dan sesekali memandang jam dindinguno itu. dan nenek hanya bisa duduk menangis an berdoa.

Keheningan di ruang eluarga itu peah saa segerombol pemuda kamp[ung yang seharian menari Luna memasuki hlaman rumh kakek. Kakek egera berlari eluar rumah yang uga disuul oleh nenek yag memadk tangisnya berhenti. Mereka melihat anak ermp[uan yang sedang terbaring lemas di anataa para pemuda itu.

“Itu Luna. Luna cucu kita.” Kakek berusaha memberitahu nenek yang melanjutkan tabgisnya.

“Luna…”rintih nenek.

Tubuh Luna lemas terbaring di atas ranjangnya. Neneknya dan bberapa ibu – ibu yang tinggal di sekitar rumah enek mencoba menyadarkannya. Sedangkan, kakek engn seksama mendengarkan cerita aripara pemuda yang enemukan Luna.

Para pemuda sangat bersemangat mencari cucu kesayangan Pk Tegar yang terkenal sangat berwibaa. Mereka mencari Luna hingga ke pasar. Mereka berpencar dan menanyakan keberadaan lunapada orang – orang di pasar. Seorang di antara mereka mencoba bertanya pada seoran wnita Tiong Hoa. Ia mnyebutkan cirri – cirri Luna dan wanita itu mengaku melihatnya dan memberitahu kemana Luna pergi.

Para pemuda itu lekas meninggalkan pasar an menuju jalan yang dimaksud oleh wanita Tiong Hoa itu. di tengah alan mereka menemukan Luna yang tak sadarkan diri. Segera mereka membawa Luna kembali ke rumah Pak Tegar. Doa kakek dan nenk dijawab oleh Allah. Allah masih ingin melihat mereka menjalankan amanah untuk menjaga Luna. Luna gadis kecil yang hidup tanpa orang tua. Luna gadis yang tegar, seperti nama kakeknya.

Beberapa menit kemudian, Luna perlahan membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah wajah keriput neneknya. Eorang wanita yang telah melahirkan ibunya dan erawat dirinya selama ini. Wajah keriput yang basah karena air mata.

“Luna, kamu sudah sadar, Nak.”

“Nenek.”

Segera nenek memeluk Luna. Mendengar itu kakek pun berlari enuju kamar Luna. Usai nenek memeluk tubuh Luna, kini giliran kakek memeluknya. Luna masih diliputi rasa takut, tapi tasa tenagn mulai hadir saat kakek memeluknya.

“Kamu kemana aja, sayang ?” tanya kakek lembut.

“Maafin aku, Kek.”

“Minta maaf kenapa ?”

“Luna… luna mematahkan ganggang kacmata kakek.”jawab Luna gugup disusul tangisnya.

“Luna, leih baik kakek kehilangan kacamata kesayangan kkek dari pada kehilangan kamu. Kamulah harta yang paling berharga yang kakek miliki. Kakek gak mau kehilangan kamu, Lun. Terus, kenapa kamu gak juju raja sama kakek ?”

“Luna takut, Kek.”

“Kakek tahu kakek memang sangat tegas sama kamu. Tai ini semua kakek lkukan demi kebaikan kamu. Kakek gak mau kamu tumbuh sebagai anak yang rapuh. Kakek pengen tunjukkan sama dunia kalau kalau una cucu kakek tetap tegar tanpa papa dan mama. Kakek kan juga udah mengajarkanmu kalau kamu harus jujur walapun itu pedih dan jangsn pernah sekalipun kari dari masalah.”

“Maafin Luna, Kek. Luna sudah ngeewain Kakek. Luna juga mau mengucapkan erima kasih buat kakek dan nenek, selama ini sudah au jagain Luna. Luna saying sama Kakek, sama Nenek.”

xxx

Malam kian larut, rasa pegal menyerang pungungku. Menulis cerita tentan masa kecilku memang sangat menyenangkan. Dan besok aku akan menelusuri tempat – empat kenangan itu. empat tahun mengenyam pendidikan di Universitas AL – Azhar Cairo membuatku angat rindu dengan kakek an nenek. Sudah ku siapkan agenda tempat – tempat yang akan ku kunjungi jika tiba di kampungnya Luna kecil nanti. Makam kedua oangtuaku tidak luput dari agendaku.

Matahari mulai menampakkan dirinya. Aku pun sudah siap menuju bandara. Tak sabah kaki ini menginjakkan kaki di tanah air tercinta. Sesampainya di Indonesia, ku lihat nenek dan kakek dating menjemputku. Mereka yang diantar oleh Omku. Omku yang wisudanya 16 tahun ang lalu dihadiri olh kakekl tanpa kaamataitu.

Ku lihat tubuh nenek yang semakin tua. Kerudurng masih rapi menutup kelanya. Nenek yang menyambutku dengan senyuman. Senyuman yang sngat manis. Nenekku memang cantik tak jauh beda dari ibuku.

Disampingnya u lihat sosok lelaki tua yang badannya masih tegap. Raut wajahnya masih menggambarkan ketegasan dan ketegaran dalam menjalani hidup ini. Kakekku, aku sangat angga memilikinya.

“Selamat dating cucuku. Selamat dating sarjana. Selamat dating anak Al – Azhar.”kakek tertawa lepas dan memelukku.

Air mat mengalir di sela – sela mataku. Akhirnya aku berhasil membua kakek bangga. Aku berhasil melanjutkan hidup tanpa orang tuaku. Berhasil menjadi Luna yng tegar. Luna cucu Pak Tegar.

“Ayo kek kita kmakam papa sama mama.”

“Apa kamu gak mau istirahat dulu, Lun ?”

“Luna udah gak sabar, Nek. Luna pengen cepat – cepat memberitahu papa sama mama alau Luna sudh bali ke Indonesia.”

Mereka hanya ertawa.

Sesampainya di makam orang tuaku aku langsing menbacakan doa untuk mereka. Selama aku di Cairo aku hany bisa melihat fotomereka. Fto mereka satu – satunya yang maku miliki. Foto yang selalu ku bwa kemanapun aku pergi. Foto yang selalu ku pandangi saat aku merindukan mereka an sebelum ku mentup mata di setipa malamku.

Papa…

Mama…

Ini Luna. Kembali ke tanah kelahiranku.

Rasa rindu memuncak di hatiku saat ku ingat kalian.

Mencari ilmu di negeri orang membuatku semakin membutuhkan kalian.

Kalian yang member nama untukku.

Luna Tegar.

oleh Nur Rahmaniah
Nur Rahmaniah
Nur Rahmaniah

Cerpen 1



Senyum Pengamen Cilik

Tubuhku terasa sakit semua. Bahuku sangat pegal. Seakan habis memikul puluhan kilogram beras. Punggungku terasa sakit karena berjam-jam duduk tegap dihadapan komputer yang juga melelahkan mataku. Langit pun belum menyembunyikan mataharinya. Padahal jam tanganku sudah menunjukkan pukul enam sore. Udara masih sangat panas bercanpur dengan asap knalpot kendaraan. Tapi aku cukup puas dengan AC mudilku ini. Hanya sayangnya sudahhampir 15 menit mobilku belum bergerak selangkah pun juga. Memang sangat macet jalan ini sebab semua orang berlomba mencapai tujuan.

Hal yang paling ku inginkan saat ini adalah terbebas dari macet, sampai ke rumah, mandi dengan air dingin yang menyegarkan tubuhku, dan secangkir the hangat. Namun dalam sekejap lamunanku buyar oleh gadis kecil yang mengetuk kaca mobilku. Segera ku buka kaca itu dan dengan cepat dan sangat kasar ku serahkan uang Rp. 5.000 yang ku ambil dari kantong celanaku. Gadis kecil dengan alat musik yang terbuat dari tutup botol bekas yang tergantung dengan sepotong kayu kecil itu segera mengambil uang Rp. 5.000 yang ajuh di kakinya. Padahal, belum empat ia menyelesaikan lagunya. Dan segera aku menutup kaca mobilku kembali dan mengabaikan sejumlah pasang mata yang memperhatikan betapa kasarnya aku terhadap pengamen cilik itu dan senyum pengamen cilik yang di berikan kepadaku .

Sesampainya di halaman parkir rumahku, segera ku tinggalkan mobilku dan bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku yang sangat letih ini. Dan setelah shlat Isya nanti akan ku selesaikan tugas-tugas kantor yang sengaja ku bawa pulang ke rumah.

XXX

Sudah setengah jam dan sudah hamper setengah alum Nidji yang terbaru ku dengarkan Tapi belum juga kedua mataku ini bias terpejam. Padahal, tubuhku ini sudah sangat lelah karena setumpuk pekerjaan di kantor dan di rumah yang sebenarnya juga pekerjaan dari kantor. Kenapa senyum pengamen cilik itu terus memayangiku ? Kenapa ?

XXX

Suara riuh rendah mewarnai rumah makan SEDAP yang letaknya tepat di samping kantorku . Pukul satu sianglah puncak kesibukan di rumah makan ini. Letaknya yang dikelilingi perusahaan-perusahaan membuat tempat inilah yang paling dirindukan para karyawan-karyawan di perusahaan-perusahaan itu saat rasa lapar menyerang mereka.

“Kamu kok kelihatan lemas , Key, Kamu sakit ?” tanya Rifa yang sedang menikmati kentang gorengnya.

“Aku sendiri gak tau, aku kenapa. Pasti ini semua karena anak itu. “kataku memulai cerita.

“Anak ?”

“Kemarin sore, aku terjebak macett. Terus ada pengamen cilik mengetuk kaca mobilku. Terus nyanyi gak jelas gitu. Sebelum lagunya selesai, aku langsung mengambil uang Rp. 5.000 di kantongku dan kulemparkan ke anak itu. Anehnya, anak itu malah tersenyum. Dan senyumnya itu yang bikin aku gak bisa tidur semalaman dan jadi kayak gini.”

Hening sesaat.

“Kamu kok diam aja. Kasih pendapat donk, kasih solusi.” Rifa hanya tersenyum.

“Kamu mau ngikutin anak itu, ganggu hidupku dengan senyummu.

“Semua orang punya caranya sendiri buat mengucapkan rasa terimakasih. Sikap kasar kamu itu sudah makanan kesehariannya. Kamu mau membuka kaca mobilmu aja itu sudah suatu kebaikan bagi dia. Gak anak seberuntung Keysa kecil. Dan gak semua orang bisa kamu perlakukan seperti itu. Gak semua.”perkataan Rifa menyadarkanku. Dan mataku menunjukan kaca-kaca yang siap pecah menjadi air mata.

“Kamu tahu gak. Kenapa Allah mengijinkan senyum itu membayangimu terus. Karena Allah ingin kamu menyadari perbuatanmu dan Allah ingin kamu tahu betapa bahagianya nak itu. Dia tidak sakit hati sedikitpun. Tapi kamu idak boleh seperti itu lagi, Key.”

“Terus, aku harus napain.” Tanyaku dalam tangis penyesalan.

“Kamu harus minta maaf pada anak itu.”

‘Tapi, aku tidak tau di dimana. Pengamen cilik itu jimlahnya banyak di kota ini dan mereka ada di mana-mana, tidak hanya satu tempat.

“Kamu serahin aja semuanya padaku.”

“Beneran.’ Rif kamu mau bantu aku.”

Rifa mengangguk dan berkata “Asal kamu mau berubah”.

“Pastinya donk Plend.”

XXX

Sepulang dari Kantor, aku dan Rifa menuju tempat pengamen cilik itu memberikan senyumnya. Aku yakin ditempat yang sama dan waktu yang sama, pasti aku menemui gadis itu kagi. Namun, ternyata dugaanku salah, aku dan Rifka sudah berusaha mencari anak itu tapi hasilnya nihil.

“Kita harus cari anak itu kemana lagi, Rif.”

“Tenan aja, aku masih punya banyak cara kok. Oh ya, kamu punya duit kan,”

“Berapapun akan ku berikan buat anak itu.”

“Bukan buat anak itu. Gini Loh, Kita harus cari ketempat tiggal atau tempat ngumpul mereka. Tapi kita kesana tidak bisa dengan tangan kosong. Soalnya, aku yakut mereka curiga.”

“Curiga kenapa ?” tanyaku penasaran

“Curiga kalau kita itu agen penjualan anak. Jadi, kita kita kesana membawa nasi bungkus untuk dibagikan kepada mereka. Habis itu lakukan pendekatan, terus Tanya, deh. Tenang aja, ntar aku ikut nyumbang, kok. Selain mencari pengamen cilik itu kita juga bisa beramal, kan.”

Rifa anaknya pinter banget. Aku bersahabat dengan dia sejak SD. Di saat aku ada masalah Rifa selalu memberiku solusi. Dan semua solusinya itu gak pernah menyusahkan aku atau menambah masalah. Aku menyebutnya sebagai “Sahabat Pengadaian”. Karena Pengadaian punya moto menyelesaikan masalah tanpa masalah.

Saat SMP, aku baru mengenl yang namanya cowok. Aku pernah suka sama Ketua OSIS ku yang yang juga siswa teladan dan kapte Basket di sekolahku. Tapi aku takut cintaku ini tak terbalaskan. Namun Rifa berusaha untuk membantu ku. Hingga akhirnya itu yang bertekuk lutut padaku.

Rifa memang bisa menyelesaikan semua masalahku. Semua masalahku tentang apa aja. Namu anehhnya dia selalu menemukan masalah-masalah besar dalam hidupya.

Ia besar dalam keluarga yang Broken Home. Ayahnya meninggalkan Ibu dan kedua anaknya untuk menikah dengan wanita yang lebih kaya. Sekarang ia hanya memiliki ibunya yang mengalami kelainan jiwa.

Ibunya sakit jiwa setelah kakak laki-laki Rifa yang terbujur kaku di kamarnya karena overdosis. Kakaknya adalah anak kesayangan mamanya. Mamanya juga menggantungkan hidup pada kakanya., karena hanya kakanyalah yang sudah bekerja. Mamanya benar-benar tidak menyangka anaknya bisa salah pergaulan. Mamanya menyalahkan semuanya pada Rifa. Karena Mamanya berfikir kehadiran Rifa dikeluarganya yang membuat kesialan-kesialan itu hadir.

Setelah peristiwa meninggalnya kakanya itu. baru ia tahu bahwa dia bukan anak kandung mamanya. Tapi anak selingkuhan Ayahnya. Aku kagum pada Rifa. Kerasnya hidup tak pernah membuat dia mau dikasihani orang. Bahkan, ia berusaha menyelesaikan masalah orang lain dan mencoba membuat semua orang tersenyum. Dengan penuh kasih saying ia merawat mamanya yang bukan orang tua kandungnya. Namun tiap hari ia menyempatkan waktu untuk menjenguk mamanya di Rumah Sakit Jiwa walau kehadirannya tak pernah dirindukan oleh mamanya.

Rifa, kaulah inspirasi dalam hidupku. Kaulah motivator paling ampuh dalam hidupku. Dan, kaulah saudaraku.

“Nah, disni tempat tongkronga mereka. Yuk, kita sama-sama bagikan nasi bungkusnya” Rifa membuyarkan lamunannya.

Aku hanya menganggut semangat.

Kuberikan nasi bungkus satu persatu kepada anak jalanan itu. Dengan sangat lembut perlkuan yang sangat bebeda dari sehari sebelumnya. Saat aku melihat senyum tulus dari pengamen cilik itu. Mereka menerimanya dengan ucapan terima kasih dan senyuman yang sama. Senyuman yang polo ditengah dinginnya kehidupan malam di kota ini.

Ku dekati salah satu anak perempuan yang tengah menikmati nasi bungkusnya.

“Selamat malam.”

“Selamat malam, ka. Terima kasih ya ka, nasinya enak sekali.”

“Sama-sama Adik, O yah Adik kenal dengan anak perempuan seumuran kamu yang bekerja sebagai pengamen, rambutnya sebahu, dan…..” aku mulai mengingat-ingat cirri-ciri anak itu yang mungkin tak dimiliki oleh anak-anak lainnya.

“ Oh ya, dia memakai kalung yang bermata huruf D walau hanya sekejap alu melihat anak itu tapi aku sempat memperhatikan kalung yang dipakai anak itu.

“Oh , itu namanya Dewi.”

“Dewi ? Kalau kamu namanya siapa ?”

“Siti” jawab anak itu

“OK, Siti kamu bisa antar kakak ketempat Dewi”

“Maksudnya ke rumahnya ?”

“Iya”

“Bisa-bisa, rumah gak jauh dari sini kok, ka.”

Segera aku memanggil Rifa yang sedang asyik bercanda dengan anak jalanan lainnya. Siti membawa kita ke subuah rumah kardus.

“ Dewi ada yang mau ketemu sma kamu.” teriak Siti.

Keluarlah sesosokanak perempuan yang raut wajahnya menggambarkan betapa kejam hidup ini.rot matanya terlihat begitu semangat menghadapi tantangan hidu ang mestinya belum ia dapatkan dalam usianya yang masih sangat dini. Ku ndahkan tubuhku hinggasjajar dengannya.

“Kamu masi ingat Kaka ?” nada suara penyesalanku.

“masih, Ka.” Suara yang lembut yang keluar dari bibir yang perbah mengukir senyum inah.

“Maafin Kaka, ya.”

“Maa untuk apa, Ka ?” tanyanya polos.

“Kaka sudah bersifat kasar sama kamu. Kaka waktu itu capek. Kakak gak bisa ngontrol emosiKakak.”

“Kaka gak usah minta maaf. Seharusnya, aku yang meminta maaf sama, Kaka.”

“Minta maaf kenapa ?”ini aku yang balik bertanya.

“Kemarin Kaka ngasih aku uang terlalu besar. Aku pengen ngasih uang kembalian buat Kaka. Tapi uangku gak cukup. Makanya aku uman ngasih senyuman buat Kaka. Walau sebenarnya aku sadar senyumanku gak senilai.

Mandengar perkataan Dewi, Rifa menangis dan berlari ke mobil. Mungkin ia teringat dengan masa kecilnya. Ia yang mantan anak jalanan. Ya Allah, uang 5.000 bagiku itu ecil banget. Tapi bagi Dewi…astagfirullah.

“Dewi itu buat kamu. Kakak ikhlas.”

“Makasih ya, Ka.”

“Oh ya Kakak mau tanya. Tadi sore Kakak cari kamu di tempat kemarin kita ketemu.
Tapi kamu gak ada. Kamu gak kerja hari ini ?”

“ Gak, Ka.”

“Kenapa ?”

“Tadi malam ibuku batuk – batuk. Terus, keluar darah. Untung aja ada uang 5.000 dari Kakak. Uang itu aku pakai untuk beli obat buat ibu. Tapi ibu gak sembuh – sembuh sampai sekarang.”

“Ibu Dewi dimana ?”

“Di dalam.”Dewi menunjuk rumah kardus kecil yang siap hanur denagn hujun selama 5 menit.

Ku lihat di dalamnya ada seorang wanita setengah aya berwajah pucat yang terbaring di samping segelas air putih dan sebuah botol sirup obat batuk yang sudah osong. Uang 5.000 memang hanya cukup untuk satu botol obat itu. Tangisku pcah dan kuhamburkan diriku keluar. Segera ku peluk erat tubuh Dewi. Sekejap ku lihat Siti yang berdiri tepat di samping iti menitikan air matanya. Dan ku rasakan bahuku basah oleh air mata Dewi.

oleh nur rahmaniah