Nur Rahmaniah



Judul Buku : First Step To be A Writer
Penulis : Darmo Budi Suseno
Penerbit : Cakrawala
Cetakan : Pertama, April 2006
Tebal : 148 hlm
Benarkah menulis itu sulit? Bagi pemula atau orang yang baru memulai terjun ke dunia kata (kepenulisan) bisa jadi demikian. Tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa, “menulis itu mudah”.
Kegiatan menulis sesungguhnya adalah proses mengubah cara ungkap kita yang semula melalui mulut (lisan), kemudian diganti dengan cara ungkap simbolik berupa huruf yang mempunyai makna atau pengertian tertentu. Kita sering menjumpai seseorang ketika bercerita, bertutur atau berargumentasi melalui lisan sangat menarik. Akan tetapi, saat si empunya cerita diminta untuk menuliskan argumentasi atau seluruh provokasinya tersebut, sungguh tidak menarik. Atau sebaliknya, orang yang biasa-biasa saja dan sangat pendiam tetapi ketika diminta menulis, hasilnya tulisan yang mengalir, berisi dan mengagumkan.
Menulis tak ubahnya bentuk keterampilan (skill) yang lain. Artinya semakin diasah, semakin bagus pula hasilnya. Proses menulis lebih banyak melibatkan berbagai aspek dalam diri seseorang dibandingkan dengan proses bicara (oral). Jika kegiatan berbicara prosesnya dimulai dari pikiran (otak), kemudian dibunyikan lewat lisan. Sementara kegiatan menulis prosesnya diawali dari melihat (mata), kemudian dicerna (otak), dirasa (hati), baru dituangkan melalui tangan dalam bentuk tulisan.
Diawali tema seputar seluk beluk dunia kepenulisan, serta persoalan-persoalan klasik bagi penulis pemula seperti: kehabisan ide, kaya ide tetapi tak mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan dan banyak mempunyai tulisan tetapi tidak tau cara mengirimkannya pada media massa. Penulis pemula pada umumnya mempunyai ide atau gagasan yang meluap-luap. Tetapi ketika dituangkan dalam bentuk tulisan, hasilnya melebar dan tidak fokus. Ibaratnya ide sebesar gajah atau singa, tetapi produk yang dihasilkan sebesar tikus pun tidak. Menjadi seorang penulis terkenal, prosesnya antara penulis satu dengan yang lain berbeda-beda. Misalnya Pramudya Ananta Toer (Pram) harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun —karena tulisannya berseberangan dengan rezim yang berkuasa— sebelum akhirnya menjadi penulis terkenal. Atau Joni Aryadinata yang sebelumnya hanya seorang tukang becak yang biasa mangkal di Malioboro. Tetapi, tinju seorang gali yang mendarat ke mulutnya telah mengubahnya menjadi penulis dan pembicara sastra yang disegani di negeri ini. Para penulis tersebut mempunyai kesamaan berupa motivasi yang tinggi dalam dirinya, pantang menyerah, ulet dan tabah. Tak kalah pentingnya sebelum terjun menjadi penulis adalah niat.
Menurut penulis buku ini, niat sangat menentukan karakter dan proses seseorang menjadi penulis di kemudian hari. Jika niatnya hanya sekedar mencari popularitas, atau hanya ingin tulisannya banyak dimuat di media dan mendapat uang, penulis tipe ini tidak akan bertahan lama. Tetapi seseorang yang menulis dengan disertai niat tulus, hati yang ikhlas serta kaya akan gagasan baru, bisa merubah dunia. Tulisannya akan abadi dikenang sepanjang zaman. Misalnya Rold Dahl dengan Trilogi Lord of the Rings, JK Rowling dengan Harry Potter, Karl Mark dengan Das Kapital-nya, Imam Ghazali dengan Ihya’ Ulumiddin-nya atau Pramudya Ananta Toer dengan Ken Arok-nya.
Selanjutnya dipaparkan cara membuat berbagai bentuk tulisan seperti cerpen, artikel, puisi resensi, feature, dan naskah drama disertai contoh-contohnya. Pembaca diajak untuk trampil menerapkan teori kepenulisan bukan sekedar menghafalkannya. Selain itu berbagai trik serta tips menulis kreatif juga disertakan dalam buku ini misalnya tips “jurus dewa mabuk” yang berisi strategi menulis hingga menjadi sebuah buku atau menembus media masa.
Kelebihan buku yang ada di tangan pembaca ini di antaranya: pertama, penulis buku ini sehari-harinya berprofesi sebagai pengajar pada Jogja Writing School (JWS) —sebuah institusi pendidikan yang bertujuan menghasilkan penulis-penulis berbakat— sehingga buku ini laksana “refleksi pengalaman nyata” penulisnya, bukan sekedar teori-teori tanpa fakta sebagai mana yang dijumpai dalam buku-buku sejenis.
Kedua, penulis buku ini sudah malang-melintang di dunia kepenulisan. Buku pertamanya Nasionalisme dan Cinta Iwan Fals sempat menjadi Best Seller di Jakarta, juga buku keduanya Dangdut Musik Rakyat adalah referensi utama bagi peneliti yang hendak menggali musik dandut. Tidak hanya sampai disitu, pembaca akan merasakan nuansa nyata dunia kepenulisan manakala membaca buku ini, dan buku ini layak dibaca para penulis pemula atau orang yang ingin terjun ke dunia kepenulisan.[] *) Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
0 Responses

Posting Komentar