Nur Rahmaniah
Satu masalah yang banyak menimpa rambut para wanita adalah rambut bercabang. Mengutip dari kabarinews, rambut bercabang disebabkan oleh minyak yang dihasilkan kelenjar minyak di bawah kulit kepala tidak sampai ke ujung rambut hingga membuat rambut kering. Penyebab lain bisa dari pemakaian pengering rambut berlebihan, pewarnaan rambut, dan penggunaan shampo yang salah.



Berikut ini 6 hal yang dapat dilakukan untuk mencegah rambut bercabang:

Sisirlah rambut sebelum Anda keramas
Proses menyisir akan membuat penyebaran minyak lebih merata hingga ke ujung rambut.

Pilih sampo yang sesuai dengan jenis rambut
Kenali dulu jenis rambut Anda sebelum membeli shampo. Jangan membeli shampo untuk rambut berminyak jika ternyata rambut Anda kering.

Keramas seperlunya
Terlalu sering keramas dapat menyebabkan hilangnya kelembapan dari rambut Anda. Keramaslah antara 2-5 hari sekali, tapi sesuaikan juga dengan kondisi kulit kepala dan aktivitas yang Anda lakukan.

Bilas rambut dengan air dingin
Mulai sekarang cobalah keramas menggunakan air dingin. Air yang hangat tidak dapat menjaga kelembapan kulit Anda.

Gunakan sisir bergigi jarang
Ketika rambut Anda masih basah, misalkan baru selesai keramas, jangan gunakan sisir bergigi rapat karena hal tersebut dapat merusak rambut. Saat mengeringkan rambut, jangan gosok-gosok handuk terlalu kasar karena dapat menyebabkan rambut Anda patah.

Potonglah rambut secara berkala
Sempatkan diri Anda untuk melakukan pemotongan rambut berkala. Perlu diingat, jangan gunakan pisau cukur karena itu dapat merusak struktur ujung rambut. Lakukan pemotongan setidaknya 6-8 minggu sekali.
Nur Rahmaniah
REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHAMPTON - Carolyn Gibbons (23 tahun) menderita sakit yang cukup langka. Sejak bulan Maret lahun lalu, ia mengalami malformasi otak. Guru muda ini mengalami gangguan neurologis. Dokter memperingatkan ia bisa mati jika tertawa terlalu keras. Tertawa dengan keras bisa mendorong otaknya keluar dari tengkorak.
Ia divonis mengalami kondisi yang disebut Chiari malformasi, yang berarti bagian bawah otaknya terlalu besar. Hal ini dapat memblokir aliran cairan ke kepalanya melalui kanal tulang belakang. Gerakan tubuh yang menghentak seperti tertawa dapat meningkatkan resiko kematian mendadak.
Carolyn awalnya berpikir kondisi yang dialaminya tak terlalu berbahaya. "Saya pikir obat bisa mengendalikan sakit saya. Tapi gejala yang semakin buruk membuat saya sadar ternyata otak saya lebih besar dari tengkorak," ujar dia.
Ia tak bisa berlaku seperti orang normal. Tiap gerakan mencolok yang ia lakukan dapat menyebabkan rasa sakit yang mengerikan dan dapat menyebabkan otak terdorong keluar dari tengkorak, dan herniate masuk ke dalam tulang belakang.
Ia baru menyadari kondisi yang dialaminya saat ia pingsan dari sekolah, akhir Maret lalu. Ia mengalami sakit kepala yang luar biasa. Setelah diperiksa melalui scan otak, barulah ia tahu ada bagian tertentu dari otaknya yang memiliki ukuran tidak wajar. Untuk mengontrol rasa sakit, ia harus meminum 50 pil sehari.
Pekerjaannya sebagai guru terpaksa harus ia tinggalkan agar kondisinya tidak memburuk. Carolyn akhirnya menjalani operasi pada 29 Juli. Ahli bedah 'membuang' sedikit bagian dari tulang belakang dan tengkorak seluas 2,5 cm persegi untuk membuat ruang lebih untuk ukuran otaknya.
Akibat operasi itu, ia kini mengalami alergi medis terhadap bagian yang digunakan untuk menutup lubang di tengkoraknya. Dia sekarang menderita insomnia ekstrim. Ia bisa tidak tidur selama 60 jam. Sebuah kantung cairan juga masih tersisa di tulang punggungnya. Ia memerlukan operasi lain untuk mengeringkan cairan tersebut agar hidup normal. "Saya hanya berharap ada operasi lain sehingga saya bisa tertawa tanpa ada resiko kematian," ujar dia. Yang dialami oleh Carolyn adalah kasus langka. Terjadi dengan perbandingan satu dari 1.000 orang.